Jumat, 07 Mei 2010

suku melayu

Suku Melayu
Melayu atau suku Melayu dalam pengertian mutakhir merujuk kepada penutur bahasa Melayu dan mengamalkan adat budaya orang Melayu, dan sudah mengalami akulturasi dengan bangsa asing lainnya yang datang dari luar Kepulauan Indo Melayu (Nusantara), terutama pengaruh agama Islam yang kuat. Suku Melayu merupakan bagian dari suku-suku ras Deutero Melayu. Suku Melayu modern merupakan keturunan orang Melayu kuno dari Kerajaan Melayu. Menurut sensus tahun 2000, suku Melayu meliputi 3,4% dari populasi Indonesia dan mendiami beberapa propinsi di Sumatera dan Kalimantan Barat. Suku Melayu juga terdapat di Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand dan Afrika Selatan. Melayu Cape Town di Afrika Selatan merupakan keturunan suku Melayu dan sejumlah suku lainnya yang berasal dari Nusantara seperti Makassar, Banten, Ternate dan lain-lain. Jadi Melayu Cape Town merupakan kumpulan beberapa etnis yang kebetulan semuanya muslim lebih tepat disebut ras Indo-Melayu atau disederhanakan dengan sebutan ras Melayu.

Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan kuno di pulau Sumatera, jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari wilayah pulau Sumatera (Bumi Melayu). Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut, mencakup negeri-negeri di Selat Malaka yang menggunakan sejenis bahasa yang sama yang dinamakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara. Secara persfektif historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun Indo-Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu (Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai dengan kedatangan dan perkembangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik mengalami penyempitan makna menjadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang sebenarnya didalamnya juga telah mengalami amalgamasi dari beberapa unsur etnis.

M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Orang Kampong - Puak Melayu. Ini semua karena diikat oleh kesamaan agama yaitu Islam, Bahasa dan Adat Resam Melayu. Orang Melayu memegang filsafat: Berturai, Bergagan, Bersyahadat".

Selanjutnya M. Muhar Omtatok menjabarkan, Berturai bermakna mempunyai sopan santun baik bahasa dan perbuatan dan memegang teguh adat resam, menghargai orang yang datang,serta menerima pembaharuan tamaddun yang senonoh. Bergagan bermakna keberanian dan kesanggupan menghadapi tantangan, harga diri dan kepiawaian. Bersahadat bermakna Orang Melayu disebut Melayu jika sudah mengucap kalimat syahadat, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul panutan. Anak Melayu lebih dahulu diperkenalkan mengaji al Qur’an, baru mengenal ilmu pengetahuan yang lain. M. Muhar Omtatok yang bermukim di Kota Medan Pulau Sumatera ini, menambahkan; Kata “Laailaha Illallah Muhammadarosulullah” sebagai gerbang keislaman, selalu dipakai Orang Melayu dalam berbagai amalan, karena melayu percaya bahwa semua amalan akan tidak tertolak dalam pemahaman Islam jika mengucap Laailaha Illallah Muhammadarosulullah. Makanya jika seorang anak berkelakuan menyimpang dari kaedah yang diatur, maka ia disebut, “Macam anak siarahan, Macam anak tak disyahadatkan”.[rujukan?]

Jadi Melayu adalah: “Beragama Islam, beradat resam Melayu dan Berbahasa Melayu”. Karena ikatan Islam itulah, Orang melayu yang masih berpegang pada konsep tradisi namun akan takut jika tidak disebut Islam. Rumpun Melayu Rumpun Melayu merupakan pengelompokan suku bangsa Melayu dan sejumlah suku bangsa lainnya yang memiliki kedekatan bahasa, budaya, sejarah dan hukum adat yang terhimpun dalam Lingkungan Hukum Adat Melayu meliputi wilayah Semenanjung Melayu, sebagian Sumatera, sebagian Kalimantan dan Jakarta. Rumpun Melayu merupakan sebagian dari bangsa Indo-Melayu (ras Melayu). Suku-suku bangsa rumpun Melayu menggunakan bahasa Melayu Lokal. Rumpun Melayu ada yang tinggal di pedalaman merupakan suku-suku bangsa yang sedang berkembang seperti suku Talang Mamak (Melayu Petalangan), suku Sakai dan lain-lain. Tetapi pada umumnya rumpun Melayu tinggal dekat dengan wilayah pesisir sehingga dengan mudah bahasa Melayu tersebar luas melalui jalur perdagangan laut. Sejak masa sebelum kedatangan agama Islam, dari tanah asalnya orang Melayu (disebut Melayu Hindu) bermigrasi ke daerah lainnya dengan mendirikan Kampung Melayu (Benua Melayu) di tanah rantau, bahkan bahasanya menjadi bahasa lingua franca bagi berbagai suku bangsa. Sejak tumbuhnya agama Islam, agama tersebut menjadi pengikat yang kuat bagi suku Melayu dan mengikat suku lainnya luluh ke dalam identitas Melayu sebagai etnoreligius dengan prasyarat beragama Muslim sehingga didapatkan suku Melayu Deli yang juga bercampur darah dengan suku Karo, atau di Kalimantan dengan suku Dayak. Di lain pihak dengan pengikat bahasa Melayu (bahasa Melayu Lokal) berbagai suku bangsa yang umumnya orang Muslim luluh ke dalam identitas baru menjadi berbagai suku baru seperti suku Melayu Betawi, suku Banjar dan lain-lain. Berbagai suku bangsa inilah yang membentuk rumpun Melayu.

Di Kalimantan yang merupakan tanah asal bahasa Melayu Purba, yang disebut Orang Melayu dalam arti sempit hanya mengacu kepada orang Melayu Pontianak (muncul 1771) yang bertutur mirip bahasa Melayu Riau dan disebut suku Melayu, tetapi dalam arti luas (rumpun Melayu) mencakup beberapa suku beragama Islam seperti Senganan/Haloq (Dayak masuk Islam), suku Sambas, suku Kedayan (suku Brunei), suku Banjar, suku Kutai dan suku Berau. Di Kalimantan Selatan, suku Dayak (non muslim) yang memiliki unsur bahasa Melayu adalah suku Bukit (Dayak Meratus) yang bahasanya termasuk bahasa Melayu Lokal sehingga disebut juga sebagai bahasa Melayu Bukit. Diperkirakan beberapa suku bangsa yang memiliki unsur-unsur bahasa Melayu tersebut tergolong ke dalam kelompok bahasa Proto Melayu (Proto suku Melayu). Di perbatasan Kalimantan Barat dengan Sarawak terdapat pula suku-suku Dayak yang bahasanya digolongkan Dayak Melayik yaitu Dayak Kanayatn, Dayak Salako (keduanya rumpun Dayak Darat) dan juga rumpun Iban yang tergolong kelompok bahasa Proto Malayic yang tidak terpengaruh bahasa Sanskerta, Arab dan sebagainya, dan merupakan induk dari kelompok bahasa Proto Melayu. Di dalam kelompok bahasa Proto Melayu terdapat orang Melayu Kuno yang menurunkan suku bangsa Melayu modern. Kemungkinan di Kalimantan telah terdapat beberapa lapisan kemunculan masyarakat pengguna bahasa Melayu, yaitu Melayu Purba (Dayak Melayu), Melayu Hindu, dan terakhir Melayu Islam.

* Suku Melayu (muslim) menurut sensus tahun 2000 terdiri atas :
o Melayu Tamiang
o Melayu Palembang
o Melayu Deli
o Melayu Riau
o Melayu Jambi
o Melayu Bengkulu
o Melayu Pontianak

Ras Indo-Melayu (Melayu Polinesia)

Rumpun Melayu dan sejumlah rumpun suku bangsa lainnya di Kepulauan Indo-Melayu dan sekitarnya merupakan ras Indo-Melayu (ras Melayu). Ras Indo-Melayu merupakan sebagian dari bangsa Austronesia yang berasal Yunnan. Kelompok pertama dikenal sebagai rumpun ras Proto Melayu. Mereka berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Batu Baru (2500 SM). Keturunannya adalah Orang Asli di Semenanjung Malaysia, Dayak di Sarawak, Batak dan Komering di Sumatera. Kelompok kedua dikenal sebagai ras Melayu Deutero. Mereka berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Logam kira-kira 1500 SM. Ras Melayu Muda (Deutero Melayu) lebih pandai dan dan mahir daripada ras Melayu Tua (Proto Melayu), khususnya dalam bidang astronomi, pelayaran dan bercocok tanam. Jumlah mereka lebih banyak daripada ras Proto Melayu. Mereka menghuni kawasan pantai dan lembah di Asia Tenggara. Kedua kelompok ini dikenal sebagai bangsa Austronesia. Kedatangan bangsa Austonesia ke wilayah ini mendesak penghuni terdahulu yaitu bangsa Negrito, bangsa Wedda (Dravida) dan bangsa Papua-Melanesia (Austrolomelanesoid). Orang Arab menyebut Kepulauan Indo-Melayu dengan sebutan Jawi (artinya Jawa) dan bangsa-bangsa lainnya ada pula yang menamakan seluruh kepulauan Nusantara ini dengan Jawa. Javanishu sebutan ras Indo-Melayu di Srilangka, tentunya tidak hanya terdiri atas suku Jawa. Demikan pula Jawa Suriname juga mencakup suku Sunda dan Tapanuli.

Melayu Malaysia

Melayu Malaysia yang disebut Kaum Melayu adalah masyarakat Melayu berintikan suku Melayu sejati yang merupakan orang Melayu asli Tanah Semenanjung (Melayu Anak Jati) ditambah suku-suku dari ras Indo-Melayu pendatang dari Indonesia dan tempat lainnya yang disebut Melayu Anak Dagang seperti suku Jawa, suku Minang, suku Riau (di Indonesia disebut Melayu Riau), suku Mandailing, suku Aceh, suku Bugis, suku Bawean, suku Banjar, suku Champa dan lain-lain. Semua diikat oleh agama Islam dan budaya Melayu Malaysia, sehingga ras lain yang beragama Islam juga dikategorikan Kaum Melayu seperti Tionghoa Muslim, India Muslim dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti etnoreligius yang merupakan komunitas umat Islam Malaysia yang ada di Kerajaan Islam tersebut, karena jika ada konsep Sultan (umara) berarti juga ada ummat yang dilindunginya.

Namun, etnis Melayu di Malaysia yang tidak terikat dengan Perlembagaan Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu Melayu Johor, Melayu Kelantan dan Melayu Kedah. Melayu Johor sebagai suku etnis terbesar, banyak terdapat di sekitar ibukota Malaysia, Kuala Lumpur dan negeri Johor itu sendiri. Selain itu, masyarakat Melayu yang tinggal di negeri Terangganu, Pahang, Selangor, Malaka dan Perak juga bisa digolongkan sebagai Melayu Johor walaupun mereka bertutur dalam dialek yang agak berbeda berbanding bahasa Melayu baku kelainan-a (Melayu Johor).


Makalah Bahasa Ke Dua





 Makalah
Bahasa Kedua




Oleh :    Syahrul Affandi
           



Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidik
Universitas Riau
2010




kata pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq dan hidayah-Nya lah penulisan Makalah ini dapat disesuaikan dan berjalan dengan lancar.
Kami selaku Tim penulis sadar bahwa penulisan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari Anda demi perbaikan selanjutnya.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada teman – teman yang telah membantu dan memberikan saran serta kritikannya selama proses pembuatan makalah ini berlansung.
Terlepas dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan penulisannya yang salah, tim penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan makalah ini bermanfaat khususnya kepada kami selaku tim penulis dan umumnya kepada pembaca yang budiman.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.


                                                                                        Dumai,     APRIL 2010



                                                                                                  Tim Penulis













i
DAFTAR ISI



Judul Makalah....................................................................................................
Kata Pangantar..................................................................................................i
Daftar Isi ...........................................................................................................ii

BAB I        Pendahuluan....................................................................................1
A.     Latar belakang ...........................................................................1
B.     Rumusan Masalah .....................................................................1
C.    Tujuan dan Manfaat ...................................................................2
D.    Sistematika Penulisan ................................................................2

BAB II       Kajian Teori .....................................................................................3
A.     Pengertian bahasa kedua...........................................................3
B.     Bahasa di kalangan umat manusia.............................................3
C.    Pemerolehan bahasa kedua ....................................................     ..4
1.      Konsep pemerolehan bahasa..........................................4
2.      Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.......................5
D.    Aspek-aspek pembelajaran bahasa keuda .............................  ...6  

BAB III       Kesimpulan dan saran..................................................................... 8
A.     Kesimpulan dan saran................................................................8


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................9


















ii
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang

Setiap bangsa di dunia ini mempunyai bahasanya sendiri yang mewakili mereka. Sebagaimana yang diketahui umum bahawa setiap bahasa yang mewakili mereka memiliki sejenis ragam bahasa yang dikenal sebagai peribahasa atau dikenali sebagai kata orang tua-tua yang merupakan warisan mereka yang masih kekal hingga ke hari ini.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengarkan aneka ragam bahasa yang dihasilkan oleh masyarakat setempat baik secara lisan maupun secara tertulis, dengan implimentasi seperti ini, dapat kita jumpai bahwa aneka ragam bahasa yang dihasilkan oleh masyarakat  adalah bahasa yang pertama dan kedua.
Bahasa pertama merupakan bahasa lisan yang pertama kali didengar oleh seseorang ketika ia dilahirkan dari rahim ibunya hingga ia bisa berbicara dan menulis untuk tahap hidup selanjutnya, sedangkan bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari dan dipahami dari lingkungan kehidupan nya.
Memandangkan pada bahasa pertama dan kedua yang kita jumpai pada abad ke dua puluh ini sudah dikenali oleh nenek  moyang kita, oleh karena itulah unsur- unsur dan fenomena alam semesta yang melinkungi kehidupaann mereka menjadi sumber ilham untuk merangkaikan bahasa. Dan dari unsur – unsur itulah lahir dan timbulnya bahasa pertama dan bahasa kedua.







B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian sepenggal penjelasan di atas, maka kami sebagai penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :

1.      Proses pemerolehan bahasa kedua
2.      Aspek-aspek yang mempengaruhi bahasa kedua






1
C. TUJUAN  DAN MANFAAT

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagi sarana untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan bahas kedua yang digunakan sebagai salah satu bahasa lisan yang terdapat di dalam kehidupan kita.


Sedangkan manfaat dibuatnya makalah ini sebagai panutan untuk mengenal lebih dekat dan bisa menggunakan bahasa kedua sesuai situasi dan kondisi dalam lingkungan sosial.


D. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika dalam penulisan paper ini terbagi tiga bab. Pembagian penulisan dalam makalah ini untuk memudahkan penulis dalam menyusun hasil penilaian terhadap masalah yang ada.


BAB  I :   Adalah pendahuluan yang terdiri dari pembagian sebagai berikut : latar belakang masalah dan rumusannya, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran mengenai latar belakang dari pembahasan masalah serta pemecahan masalah dalam penulisan makalah ini dan dengan adanya bab pendahuluan ini diharapkan akan mempermudah pembahasan bab selanjutnya.
BAB  II :  Pada Bab II dibahas mengenai teori-teori dasar tentang bahasa kedua
BAB  II :  Selanjutnya pada bab III merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan  saran, ini merupakan bab yang terakhir dari seluruh uraian dalam penulisan makalah ini, dalam bab ini tim penulis membagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah kesimpulan yang penulis ambil dari uraian-uraian bab-bab sebelumnya, dan bagian kedua adalah saran. Disini penulis mencoba memberikan saran terhadap pembahasan dalam penulisan makalah ini, saran tersebut mudah-mudahan bermanfaat.












2
BAB II
MATERI PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BAHASA KEDUA
Setiap individu manusia tidak kan pernah luput dari berkomunikasi sesama mereka, baik dalam kehidupan hari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat dimana mereka bergaul dan beranak pinak. Bentuk yang dihasilkan dari komunikasi mereka adalah bahasa, dari sinilah bahasa itu memiliki peranan penting dalam kehidupan seorang manusia, tidak hanya manusia saja yang menggunakan bahasa dalam berkomunikasi, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kehidupan hewan sebagai makhluk tuhan, mereka berbicara dengan menggunakan bahasa meskipun tak bisa dimengerti bahasa yang diucapkan nya oleh manusia normal seutuhnya.
Dalam kehidupan manusia, ada dua bahasa yang timbul di lingkungan nya. Bahasa pertama dan bahasa kedua, dalam pembahasan makalah ini yang diutarakan adalah bahasa kedua. Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya, (bukan bahasa ibu). Jika dapat dilihat, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan social.
B. Bahasa di kalangan umat manusia
semua manusia termasuk mereka yang hidup di dalam hutan rimba dan pulau-pulau terpencil menggunakan bahasa untuk saling berkomunikasi. Apapun yang dilakukan oleh manusia ketika berinteraksi dengan sesamanya, entah itu ketika bermain, berkelahi, bercinta atau melakukan transaksi jual beli, mereka berbicara. Kita berbicara dengan teman, guru, istri, suami, anak-anak, mertua, supir bus, tukang becak dan orang-orang lain di sekitar kita. Terkadang kita berbicara dengan bertatap muka, terkadang juga kita berbicara melalui telepon. Terkadang kita berbicara dengan menggunakan kata-kata lisan, terkadang cukup dengan menggunakan fasilitas sms di handphone kita. Singkat kata, dalam kehidupan kita hampir tidak ada waktu berlalu tanpa kita berbicara, bahkan dalam tidur pun terkadang kita masih berbicara. Sebagian dari kita malah berbicara kepada hewan peliharaan kita, sebagian lagi malah senang berbicara sendiri.
Penggunaan bahasa di kalangan umat ma-nusia merupakan suatu fenomena yang bersifat universal dan jumlah bahasa yang digunakan sangat banyak, yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Perbedaan diantara bahasa-bahasa yang digunakan ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya karena bahasa itu merupakan suatu convention (kesepakatan umum) yang bersifat arbitrary (suka-suka).
3
Dahulu para siswa belajar di sekolah hanya dengan beralaskan tikar di alas lantai. Namun kemudian bangsa Inggris datang dan memperkenalkan kepada kita beberapa hasil dan kebudayaan mereka, antara lain meja dan kursi. Mereka (seluruh orang Inggris) sepakat untuk menyebut hasil kebudayaan mereka itu dengan nama table dan chair yang menurut kesepakatan orang Indonesia benda-benda tersebut dinamakan meja dan kursi.
Dalam hal ini, baik orang Inggris maupun orang Indonesia telah bertindak secara arbitrary (suka-suka) di dalam membuat convention (kesepakatan umum) mengenai kata-kata penyebutan benda-benda hasil kebudayaan yaitu table (meja) dan chair (kursi) di dalam bahasanya masing-masing.
Faktor lain yang menyebabkan perbedaan diantara bahasa-bahasa yang digunakan oleh manusia adalah faktor cuaca dan budaya. Orang Indonesia yang mengenal budaya menanam padi di sawah telah membuat suatu convention (kesepakatan umum) mengenai apa yang dimaksud dengan gabah, padi dan beras, untuk menggam-barkan budaya menanam padi tersebut. Semen-tara itu, Perancis yang tidak mengenal budaya menanam padi di sawah hanya mengenal satu kata yaitu le riz untuk menerjemahkan ketiga kata dalam bahasa Indonesia tersebut di atas. Demikian pula sebaliknya, di dalam bahasa Perancis dikenal kata-kata pinard, vin dan eau de vie untuk menggambarkan budaya menanam anggur di negara tersebut, yang di dalam bahasa kita hanya dikenal satu padanan katanya saja yaitu anggur.


C. PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA

1. Konsep Pemerolehan Bahasa

Sejak tahun 1979 dunia pendidikan di Indonesia berkenalan dengan pembedaan antara hasil instruksional berupa kompetensi pebelajar atas pengetahuan dan keterampilan dalam ranah intelektual, emosional, dan fisik (psikomotor), dan hasil pengiring (nurturent effect), serta nilai (value). Pelajaran yang dapat dipetik dari konsep ini ialah ada sesuatu yang diperoleh siswa dari apa yang diajarkan guru atau dipelajari siswanya.
Hal tersebut sejajar dengan munculnya pembedaan antara konsep pembelajaran (learning) dan pemerolehan (acquisition) bahasa. Istilah "pemerolehan" terpaut dengan kajian psikolinguistik ketika kita berbicara mengenai anak-anak dengan bahasa ibunya. Dengan beberapa pertimbangan, istilah pertama dipakai untuk belajar bahasa kedua dan istilah kedua dipakai untuk bahasa ibu (bahasa pertama). Faktanya, belajar selalu dikaitkan dengan guru, kurikulum, alokasi waktu, dan sebagainya, sedangkan dalam pemerolehan bahasa pertama semua itu tidak ada. Ada fakta lain bahwa dalam memperoleh bahasa pertama, anak mulai dari nol; dalam belajar bahasa kedua, pebelajar sudah memiliki bahasa.
4
Dengan "mesin" pemerolehan bahasa yang dibawa sejak lahir anak mengolah data bahasa lalu memproduksi ujaran-ujaran. Dengan watak aktif, kreatif, dan inofatif, anak-anak akhirnya mampu menguasai gramatika bahasa dan memproduksi tutur menuju bahasa yang diidealkan oleh penutur dewasa. Anak memiliki motivasi untuk segera masuk ke dalam lingkungan sosial, entah kelompok sebaya (peer group) atau guyup (community).

2. Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua

Sudah dikemukakan bahwa teori tentang belajar bahasa kedua berasal dari dunia barat, dan bahasa kedua yang terlibat dalam teori ini adalah bahasa Inggris. Dalam menerapkan teori tersebut, kita perlu bersikap lebih arif bahkan kalau mungkin menciptakan teori berdasarkan pengalaman kita.
Keragaman bahasa tidak boleh membuat kita lupa bahwa yang harus diajarkan kepada siswa asing ialah ragam baku (lihat Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan Pedoman EYD).
Hal lain yang harus diingat ialah bahwa bahasa Indonesia mempunyai karakteristik tersendiri termasuk aspek gramatika, konsep tentang ruang dan waktu. Kita punya sini, situ, sana; kita bisa mengucapkan Selamat malam, ketika bertemu orang pada pukul 19.00 atau 02.00; bahkan Selamat bekerja, Selamat belajar (yang padanannya dalam bahasa Inggris pasti tidak memakai Good& ).

3. Proses Pemerolehan Bahasa Kedua

Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.



5
Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu pemerolehan:

1.      Memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,
2.      Secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja.
3.      Bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua, sedangkan pembelajaran mengetahui bahasa kedua,
4.      Mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan pembelajaran mendapat pengetahuan secara eksplisit,
5.      Pemerolehan tidak membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong sekali.


D. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Kedua
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memutuskan untuk mempelajari bahasa kedua:
1. Kemampuan bahasa.
Biasanya apabila seseorang memutuskan un-tuk mempelajari bahasa kedua secara formal, ia akan melalui tes kemampuan bahasa atau language aptitude test yang dilakukan oleh lembaga kursus bahasa untuk menilai kecakapan/bakat bahasa yang dimiliki oleh orang tersebut. Tes ini terbukti cukup efektif untuk memprediksi siswa-siswa mana yang akan sukses di dalam pembe-lajaran bahasa kedua. Meskipun demikian masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kemam-puan bahasa atau language aptitude itu sendiri. Apakah kemampuan bahasa itu merupakan suatu kesatuan konsep, suatu properti organik di dalam otak manusia atau suatu komplek faktor termasuk di dalamnya motivasi dan lingkungan. Penelitian mengenai kemampuan bahasa atau language aptitude sering dikritik karena tidak relevan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh para siswa di sekolah-sekolah bahasa yang harus berusaha sekuat tenaga untuk menguasai bahasa kedua terlepas dari apakah mereka memiliki bakat atau tidak untuk hal tersebut. Apalagi penelitian mene-mukan bahwa kemampuan bahasa atau language aptitude itu tidak dapat diubah.
2. Usia.
Sebagian besar masyarakat umum masih me-yakini bahwa untuk belajar bahasa kedua akan lebih baik dilakukan ketika masih anak-anak. Bela-jar bahasa kedua ketika telah dewasa akan terasa lebih sulit. Tetapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini gagal untuk membuk-tikan kebenaran keyakinan masyarakat umum tersebut.
6
Mereka yang mulai belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tetap dapat mencapai tingkat ke-berhasilan yang cukup tinggi. Penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai hal ini hanya mampu menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang belajar bahasa kedua ketika telah dewasa tidak mampu merubah aksen mereka seperti aksennya penutur asli, aksen orang dewasa adalah aksen bahasa pertama yang sulit untuk dirubah.
Hal menarik yang dapat diambil dan penelitian-penelitian tersebut adalah jika program pembe-lajaran bahasa kedua yang diberikan berupa immersion/pembelajaran bahasa kedua dengan ter-jun langsung di lingkungan penutur asli, orang de-wasa cenderung lebih cepat memperoleh bahasa kedua dibandingkan dengan anak-anak, hal ini di-karenakan otak orang dewasa berfungsi lebih sempuma dibandingkan dengan otak anak-anak dan orang dewasa memiliki lebih banyak pe-ngalaman berbahasa dibandingkan dengan anak-anak.
3. Strategi yang digunakan.
Penggunaan strategi yang efektif sangat pen-ting agar pembelajaran bahasa kedua dapat ber-hasil. Secara umum strategi pemerolehan bahasa kedua dibagi menjadi dua, yaitu strategi belajar dan strategi berkomunikasi.
Strategi belajar adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa kedua, seperti penggunaan kamus atau penggunaan TV kabel untuk menangkap siaran-siaran TV yang menggunakan bahasa kedua. Sedangkan strategi berkomunikasi adalah strategi yang digunakan oleh siswa kelas bahasa kedua dan penutur asli untuk dapat saling memahami ketika terjadi ke-buntuan di dalam berkomunikasi di antara mereka karena kurangnya akses terhadap bahasa yang benar, misalnya dengan menggunakan mimik dan gerakan tangan.
4. Motivasi.
Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai mengapa seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, berapa lama ia rela mela-kukan aktivitas tersebut dan sejauh mana usaha yang dilakukannya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai motivasi menunjukkan bahwa motivasi terkait erat dengan tingkat keber-hasilan seseorang di dalam pembelajaran bahasa kedua. Pelajar yang memiliki motivasi yang kuat akan sukses dan kesuksesan yang diperolehnya itu akan semakin meningkatkan motivasinya. Moti-vasi bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, tetapi sangat dipengaruhi oleh umpan balik dan ling-kungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah tehnik instruksi yang digunakan oleh guru.




7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan diatas, dapat penulis memberikan kesimpulan bahawasanya bahasa kedua merupakan bahasa yang bukan berasal dari bahasa ibu, melainkan bahasa yang ditimbulakan dari pergaulan di lingkungan kehidupan masyarakat itu sendiri. Pemerolehan bahasa kedua bisa dari sekolah, lingkungan kerja, tempat bermain, dan lokasi-lokasi yang dianggap berperan penting dalam menjalani roda kehidupan.
Aspek-aspek yang mempengaruhi bahasa kedua adalah kemampuan bahasa, usia, strategi yang digunakan serta motivasi individu dalam berbicara.
Kemudian, dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya bisa menyarankan dalam menggunakan bahasa kedua hendaknya betul-betul dalam menggunakan bahasa sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara pembicara dengan pendengar (tak nyambung) meskipun dalam penggunaan bahasa bersifat arbitery.




























8
DAFTAR PUSTAKA

Artikel Cakrawala TNI AL >> posted @ Thursday, August 30, 2007 3:30 PM by    
                    http//www.cakrawala.com

Goodman, Ken. What's Whole in Whole Language. Toronto, Scholastic TAB
                    Publishing Ltd.

Joni, T. Raka. Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta,P2LPTK, Ditjen Dikti.

Krashen, Stephen D. Principle and Practice in Second Language Acquisition,
                    Prentice-Hall International, 1987.

Laarsen-Freeman, Diana. 'Expanding Roles of Learners and Teachers in

Learner-Centered Instruction', dalam Willy A. Renandya dan George Jacobs
                    (eds). Learners and Learning. Singapore, SEAMEO Regional   
                    Language Centre.

Masayoshi Didebottlenecking »http//www.bebual.com, posted 29 Oktober 2009

Pakde sofa,http//www.wikipedia.com, Posted on  

Sumarsono, Prof. DR. M.ED. STKIP Singaraja, Disajikan dalam Lokakarya BIPA
                    Regional Bali III, IALF Bali, 11 Desember 1999.

Sumarsono: 1984 Seluk Beluk Pemerolehan Bahasa Pertama. Bacaan
                     Psikolinguistik. Diktat. Singaraja, FKIP UNUD.
                    1985 Seluk Beluk Belajar Bahasa Kedua. Adaptasi Heidy Dulay.
                     Language Two. 1982.
                    1999a 'Pelaksanaan Pengajaran bahasa Indonesia yang terpadu  
                     dengan Berbagai Bidang Studi yang Praktis dan Murah', makalah   
                     dalam Seminar Pengajaran Bahasa dan Sastra, HUT Univ. Bung
                     Hatta, Padang, 15-16 April 1999.
                     1999b 'Kondisi Pengajaran Bahasa Indonesia yang terpadu dengan
                     Berbagai Bidang Studi yang Praktis dan Murah, makalah dalam
                     Seminar Pengajaran Bahasa dan Sastra, HUT Univ. Bung Hatta,
                     Padang, 15 - 16 April 1999.








9

dunia oh dunia

Dunia oh dunia…

Ini dunia yang kau miliki
Sebentuk bulat tak lonjong, tak petak
Ini dunia yang kau pijak
Bertanah dan berair

Diselimuti pepohonan tapi kau tebang
Dipenuhi lautan tapi kau cemar
Diselubung udara tapi kau kotorkan
Dihiasi manusia tapi kau tipu

Ini dunia yang kau puja
Berbentuk bola yang kau tendang
Tak ada benderang di hati luka
Seakan hempas terkoyak pungkang
Hingga tak kau perdulikan wajah-wajah mayat jelata

Ini dunia yang kau seru
Mengisah kan beban di pundak nya
Menuduhkan kau yang bersalah
Menangis kan hujanan air mata

Ini dunia yang kau agungkan
Aku juga ikut menghancurkan nya
Meski kaki tak sanggup lagi berpijak

Dumai, 16 april 2010
Syahrul affandi bin jalaluddin rozali

Kamis, 06 Mei 2010

syair al kisah disumpah yasin

Syair “Al kisah disumpah Yasiin”

Kite mula kan dengan bismillah
Supaya sekalian tidak lah salah
Untuk membaca ini risalah
Tentang manusia yang disumpah

Syair dibuat dihari senja
Tiadalah ragu tiadalah manja
Jika salah tiada sengaja
Syair ditulis tiada bermeja

Kisah bermula di ujung kampong
Ramailah orang berbondong-bondong
Memakai baju dan serta sarong
Hendak menengok budak melolong

Ibunya bernama si aminah
Terkadang senang terkadang susah
Hanya menjual sayur sececah
Asal mendapat rezki yang sah

Ketika pagi ibunya menangis
Sebab semalam hati nya bengis
Puaslah sudah untuk mengais
Rezeki datang tiada yang laris

Konon bernama ahmad senjani
Anak putera yang gagah berani
Masih bujang belum berbini
Duduk sehari entah apa yang dinanti

Sekejap setan datang menggoda
Pikirkan jahat telah pun ada
Hati meratap didalam dada
Melihat harta di depan mata

Khilaf lah sudah tingkah laku
Harta yang ada masuk ke saku
Jika di Tanya tidak kan mengaku
Lidah terbelit mulut terpaku

Ibu menangis tiada tara
Harta di peti sudah tiada
Supaya penyamon menjadi jera
Ibu lakukan segala cara

Tibalah hari dimalam jum’at
Ramai berdatangan orang jemaat
Membaca yasiin dengan lah hormat
Agar penyamon dapat siasat

Ibunya tiadalah mengetahui
Jikalau anak nya yang mencuri
Terselip sangka jiran kanan kiri
Nampak nye banyak orang yang iri

Yasin dibaca sebanyak empat puluh
Hingga badan berkeringat peluh
Nantinya hati pencuri semakin luluh
Jika disumpah tiada mengeluh

Ibu bermaksud menolak bala
Bagai melepas sengatan kala
Sumpah dibaca di sela sela
Ingin pencuri menjadi gila

Ahmad sajuni tiadalah takut
Hanya sahaje sedikit terkejut
Seri di wajah semakin kelut
Jika mengaku tidak lah patut

Yasiin dibaca telah pun selesai
Jemaat pulang dengan pun santai
Ahmad saujani ubah perangai
Meloncat loncat seperti tupai

Sumpah dibaca menjadi kekal
Saujani mengata hilang lah akal
Tiada badan tiadalah kekal
Kini ibu nya menjadi kesal



Ibu termenung seorang diri
Yang disumpah anak sendiri
Dua minggu tak sadarkan diri
Nasi dikunyah tidak memberi

Demikian lah syair nya kami
Syair dibuat karang sendiri
Jika disalah jangan dicaci
Kami pun tau akan diri

Rindang lah sudah sikayu buluh
Dibuat biduk untuk berkayuh
Hamba menyusun jari sepuluh
Meminta maaf berhati luluh

Janda Muda di Rumah Kos-an

aku memang berdiri di bahu mu
wahai janda muda di rumah itu
saat sulit hadapi dunia

kita memang pernah menyatukan darah
sebab setan berdiri tepat diatas kepala kita
tak ada lagi keraguan yang menghantui waktu kita

tapi ku mohon
jangan kau lebihkan sayang mu kepada ku
sebab aku lah pecundang itu yang meracuni jamuan kita malam ini
dan aku lah perampok itu yang merusak jiwa dan batin mu

tampar aku wahai ibu dari satu anak
kan ku corengi muka ku dengan lumpur lumpur janji
pijak kaki ku, biar aku tersungkur dan terjatuh di jurang yang dalam
agar semua kan menjadi indah.......

jangan kau layan aku seperti bekas suami mu
yang pernah kau sayangi dan kau benci
sebab aku bukan apa-apa dari mu.....
selonggok tanah yang mengeras di depan pintu

wanita ku yang bekerja siang dan malam
di depan mu berbaris pasukan manusia yang bisa membuat hati mu bahagia
tapi bukan aku

wahai perempuan berstatus mantan istri
di belakang mu gerilya pejantan yang mengejarmu
melambaikan hawa syurga di hirupnya nafas mu
tapi bukan aku

beri lah mereka beberapa butir kacang kedelai
ntuk menghitung hari berapa lama ia berbaris di depan mu

berilah mereka jeruji besi
jika kau tak mau lagi di ikuti oleh mereka yang mengejarmu..

wanita janda muda yang berambut ikal
ini jalan yang kita hadapi
saat lari dan merangkak
saat sulit dan makin sulit

menangis...........................................................
......................................................................
......................................................................

dumai, 9 maret 2010
untuk teman ku yang tak ku sebutkan namanya
dari : syahrul affandi bin jalaluddin rozali

Janda Muda di Rumah Kos-an

aku memang berdiri di bahu mu
wahai janda muda di rumah itu
saat sulit hadapi dunia

kita memang pernah menyatukan darah
sebab setan berdiri tepat diatas kepala kita
tak ada lagi keraguan yang menghantui waktu kita

tapi ku mohon
jangan kau lebihkan sayang mu kepada ku
sebab aku lah pecundang itu yang meracuni jamuan kita malam ini
dan aku lah perampok itu yang merusak jiwa dan batin mu

tampar aku wahai ibu dari satu anak
kan ku corengi muka ku dengan lumpur lumpur janji
pijak kaki ku, biar aku tersungkur dan terjatuh di jurang yang dalam
agar semua kan menjadi indah.......

jangan kau layan aku seperti bekas suami mu
yang pernah kau sayangi dan kau benci
sebab aku bukan apa-apa dari mu.....
selonggok tanah yang mengeras di depan pintu

wanita ku yang bekerja siang dan malam
di depan mu berbaris pasukan manusia yang bisa membuat hati mu bahagia
tapi bukan aku

wahai perempuan berstatus mantan istri
di belakang mu gerilya pejantan yang mengejarmu
melambaikan hawa syurga di hirupnya nafas mu
tapi bukan aku

beri lah mereka beberapa butir kacang kedelai
ntuk menghitung hari berapa lama ia berbaris di depan mu

berilah mereka jeruji besi
jika kau tak mau lagi di ikuti oleh mereka yang mengejarmu..

wanita janda muda yang berambut ikal
ini jalan yang kita hadapi
saat lari dan merangkak
saat sulit dan makin sulit

menangis...........................................................
......................................................................
......................................................................

dumai, 9 maret 2010
untuk teman ku yang tak ku sebutkan namanya
dari : syahrul affandi bin jalaluddin rozali